Looking For Translator?

Mereka Siapa?



Hei, kenalin aku Hanif, siapapun kalian aku salut sama kalian yang bisa sampe nyasar ngebaca tulisan ini. Makasih yak udah nyempetin buat baca ini. Sampe sampe sekarang aku tuh masih bingung buat mengetahui siapa aku yang sebenarnya. Aku ngga tau.... bener-bener ngga tau... sekarang umurku sudah di kepala 2. Namun aku belum sedewasa itu untuk menjadi orang yang memiliki kepala 2. Aku merasa aku punya banyak teman, dan aku menganggap dekat setiap orang yang sering bareng denganku. Tapi... perasaan deket ya relatif. Bisa jadi kita menganggap dekat dengannya, namun belum tentu sebaliknya.
Semakin kesini, usia kita akan semakin berkurang. Namun tidak begitu dengan pengalaman yang kta miliki. Pengalam kita akan terus berkembang seiring dengan jumlah orang yang singgah dalam hidup kita. Semakin hari, kita akan mnegenal banyak orang. Semakin banyak orang yang kita kenal, maka seharusnya kemampuan kita untuk bisa memahami apa yang disebiut sifat manusia.
Aku menganggap setiap orang adalah teman... aku tidak tau apa yang dimaksud dengan istilah musuh, lawan, rival, ataupun hater. Tapi apabila ada orang yang awalnya deket sama kita, terus secara instan ataupun bertahap mereka mengalami perubahan sifat. Maka mereka bisa kita golongkan sebagi orang yang saya sebut diatas.
Kita bisa dengan mudah akrab kepada seseorang, tapi bisa juga dengan mudah kita jauh dengan orang tersebut. Ikatan keakraban diatur oleh perkataan dan sikap diri kita sendiri. Apabila kita mengalami hal tersebut, jangan kita dengan mudah menyalahkan, menjudge bahwa hanya kita yang benar. Tidak selamanya orang lain yang punya kesalahan. Kita juga harus bijak untuk bisa mengkoreksi diri. Terkadang banyak kesalahan yang tanpa kita sadari telah melukai orang-orang terdekat kita. Tidak semua orang bisa me-resis­t­ tingkah laku khas kita. Kita selalu menuntut orang lain agar mampu menerima kita secara berlebih.
Kalian tau, hal tersebut selalu terjadi pada diriku. Aku punya banyak teman, tidak hanya teman, bahkan sahabat, karib, maupun orang yang sudah aku anggap keluarga. Tapi menurutku aku tidak terlalu merasakan kehangatan akrabnya tali silaturrahim tersebut. Kadangkala aku merasakannya, namun lebih banyak aku merasa kalo aku tuh sebenernya sendiri. Aku merasa mereka semua semu. Memang dari diriku sendiri ya... lebih banyak memilih untuk menyendiri ketimbang bergabung... karena itu, sampe sekarang akutuh ngga tau siapa yang bener-bener temenku.
Semakin kesini ya.. aku sadar kalo memang dari akunya sendiri terlalu banyak kesalahan. Aku sadar kalo banyak orang yang menjauh bukan karena mereka yang sombong, ataupun mereka tidak menyukai tingkah laku ku. Tapi ya ... terkadang orang-orang yang sepertiku harus di beri punishment agar aku jauh lebih sadar kalo memang aku yang salah.
Tapi merupakan suatu kesalahan yang besar apabila kita terlarut dalam suatu penyesalan. Karena itu tidak akan meyelesaikan permasalahan. Permasalahan hanya akan terselesaikan dengan SATU KATA ‘maaf’.... ya.... permintaan maaf yang tulus akan memperbaiki semua kesalahan... percaya ga percaya begitulah keadaannya. Namun, kita kadang berat untuk mengungkapkan kata maaf dengan hati yang tulus. Makanya kita masih menganggap kata maaf pun masih belum cukup.
.
.
.
.
Hanif J