Hei, kenalin aku Hanif, siapapun kalian aku salut sama kalian yang
bisa sampe nyasar ngebaca tulisan ini. Makasih yak udah nyempetin buat baca ini.
Sampe sampe sekarang aku tuh masih bingung buat mengetahui siapa aku yang
sebenarnya. Aku ngga tau.... bener-bener ngga tau... sekarang umurku sudah di
kepala 2. Namun aku belum sedewasa itu untuk menjadi orang yang memiliki kepala
2. Aku merasa aku punya banyak teman, dan aku menganggap dekat setiap orang
yang sering bareng denganku. Tapi... perasaan deket ya relatif. Bisa jadi kita
menganggap dekat dengannya, namun belum tentu sebaliknya.
Semakin kesini, usia kita akan semakin berkurang. Namun tidak
begitu dengan pengalaman yang kta miliki. Pengalam kita akan terus berkembang
seiring dengan jumlah orang yang singgah dalam hidup kita. Semakin hari, kita
akan mnegenal banyak orang. Semakin banyak orang yang kita kenal, maka
seharusnya kemampuan kita untuk bisa memahami apa yang disebiut sifat manusia.
Aku menganggap setiap orang adalah teman... aku tidak tau apa yang
dimaksud dengan istilah musuh, lawan, rival, ataupun hater. Tapi apabila ada
orang yang awalnya deket sama kita, terus secara instan ataupun bertahap mereka
mengalami perubahan sifat. Maka mereka bisa kita golongkan sebagi orang yang saya
sebut diatas.
Kita bisa dengan mudah akrab kepada seseorang, tapi bisa juga
dengan mudah kita jauh dengan orang tersebut. Ikatan keakraban diatur oleh perkataan
dan sikap diri kita sendiri. Apabila kita mengalami hal tersebut, jangan kita
dengan mudah menyalahkan, menjudge bahwa hanya kita yang benar. Tidak selamanya
orang lain yang punya kesalahan. Kita juga harus bijak untuk bisa mengkoreksi
diri. Terkadang banyak kesalahan yang tanpa kita sadari telah melukai
orang-orang terdekat kita. Tidak semua orang bisa me-resist tingkah
laku khas kita. Kita selalu menuntut orang lain agar mampu menerima kita secara
berlebih.
Kalian tau, hal tersebut selalu terjadi pada diriku. Aku punya
banyak teman, tidak hanya teman, bahkan sahabat, karib, maupun orang yang sudah
aku anggap keluarga. Tapi menurutku aku tidak terlalu merasakan kehangatan
akrabnya tali silaturrahim tersebut. Kadangkala aku merasakannya, namun lebih
banyak aku merasa kalo aku tuh sebenernya sendiri. Aku merasa mereka semua
semu. Memang dari diriku sendiri ya... lebih banyak memilih untuk menyendiri
ketimbang bergabung... karena itu, sampe sekarang akutuh ngga tau siapa yang
bener-bener temenku.
Semakin kesini ya.. aku sadar kalo memang dari akunya sendiri
terlalu banyak kesalahan. Aku sadar kalo banyak orang yang menjauh bukan karena
mereka yang sombong, ataupun mereka tidak menyukai tingkah laku ku. Tapi ya ...
terkadang orang-orang yang sepertiku harus di beri punishment agar aku
jauh lebih sadar kalo memang aku yang salah.
Tapi merupakan suatu kesalahan yang besar apabila kita terlarut
dalam suatu penyesalan. Karena itu tidak akan meyelesaikan permasalahan. Permasalahan
hanya akan terselesaikan dengan SATU KATA ‘maaf’.... ya.... permintaan maaf
yang tulus akan memperbaiki semua kesalahan... percaya ga percaya begitulah
keadaannya. Namun, kita kadang berat untuk mengungkapkan kata maaf dengan hati
yang tulus. Makanya kita masih menganggap kata maaf pun masih belum cukup.
.
.
.
.
Hanif J