Looking For Translator?

Pendidikan Sepanjang Hayat

ABSTRAK
Pendidikan merupakan proses yang mengandung spirit yang membawa subjek (peserta didik) menuju arah yang membawa perbaikan dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Tulisan pada artikel ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat atau dikenal juga sebagai pendidikan seumur hidup (dalam bahasa Inggris dikenal sebagai life long education). Program pendidikan sepanjang hayat merupakan salah satu program yang dikenalkan oleh UNESCO sekitar tahun 1970 dalam rangka mengantisipasi perubahan sosial dalam masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berjalan cepat. Sehingga manusia yang merupakan subjek dari pendidikan mampu mengimbangi perkembangan tersebut tanpa harus mengalami ketertinggalan.

KATA KUNCI : Pendidikan, Seumur Hidup, Keterampilan, Manusia

PENDAHULUAN
Pendidikan seumur hidup atau pendidikan sepanjang hayat dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Lifelong Learning merupakan konsep yang menjadi salah satu unsur terpenting bagi kehidupan setiap insan di dunia. Semboyan tersebut merupakan salah satu program yang digalangkan oleh UNESCO dalam berupaya untuk memungkinkan semua orang di seluruh dunia untuk dapat memanfaatkan potensi besar Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) sebagai wadah pembelajaran dan pemberdayaan diri dengan mengimplementasikan 6 sub-program yang berupa :
1)       Literacy;
2)       Technical and Voctional Education and Training (TVET);
3)       Higher Education;
4)       Open and Distance Learning;
5)       ICT Application for Non-Formals Education;
6)       21st Century Skills.
.
Mau akses paper dalam bentuk File PDF??
.

Klik disini untuk mengunduh FULL PDF

laporan Praktikum: Menentukan Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Koppen

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat menentukan iklim dengan klasifikasi Koppen.
     2. Mahasiswa dapat menerapkan hasil analisis tipe iklim.

B. Dasar Teori
          Iklim merupakan penyebaran cuaca dari waktu ke waktu (hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun) dan termasuk di dalamnya harga rata-rata dan harga-harga ekstrim (yaitu maksimum dan minimum) atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu periode yang cukup lama atau daerah yang cukup luas (Tjasyono dan Harijono, 2012: 1). Iklim di bumi, diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi. Tujuan klasifikasi ini adalah untuk menetapkan pembagian ringkas jenis iklim sesuai tujuan penggunaannya. Salah satu klasifikasi iklim yang dipakai adalah klasifikasi iklim menurut Koppen (Wirjohamidjojo dan Swarinoto, 2010: 4).
          Handoko (1995: 166-168) mengungkapkan bahwa klasifikasi Koppen merupakan klasifikasi utama yang berdasarkan pada hubungan antara iklim dan pertumbuhan vegetasi. Sistem klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan secara internasional sejak publikasi pertamanya pada tahun 1901 sampai perbaikan- perbaikannya yang tertulis dalam buku Gruudis der klimakunde tahun 1931.       
          Dalam Daldjoeni (2014) Koppen meneliti batas antara iklim hutan hujan tropis yang paling basah dan iklim sabana, untuk itu ditemukan 2 bulan kering yang jumlahnya masing- masing kurang dari 6. Jika batas ini dipakai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka semua wilayahnya akan tergolong iklim sabana.
.
.
Mau akses file dalam bentuk PDF???
.
.
Klik disini untuk mengunduh FULL PDF

Laporan Praktikum: Analisis Tipe Iklim Dengan Klasifikasi Oldeman dan Mohr

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat menentukan iklim dengan klasifikasi Oldeman dan Mohr.
     2. Mahasiswa dapat menerapkan hasil analisis tipe iklim.

B. Dasar teori
          Menurut Handoko (1995) penggolongan iklim menurut MOHR, merupakan penggolongan dasar yang ia cetuskan sendiri, yaitu adanya bulan basah dan nuln kering. Yang dimaksud bulan basah yaitu suatu batuan yang curah hujannya melebihi 100mm, sedang bulan kering adalah sutu batuan yang curah hujannya kurang dari 60mm. Antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab tidak dimasukkan dalam perhitungan.
          Menurut Tjasyono (1987 : 92) berdasarkan penelitian tanah, Mor membagi
tiga derajat bulan kelembaban sepanjang tahun yaitu :
a.  Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini dinamakan bulan basah; jumlah
     cura hujan ini melampaui penguapan.
b. Jika curah hujan dalam 1 bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini dinamakan bulan kering; 
    penguapan banyak berasal dari air dalam tanah dari pada jumla curah hujan atau penguapan lebih 
    banyak dari pada jumlah curah hujan.
c. Jika curah hujan dalam 1 bulan antara 60 mm dan 100 mm maka bulan ini dinamakan bulan 
    lembab; curah hujan dan penguapan kurang lebi seimbang.
.
.
Mau akses Paper dalam bentuk File PDF???
.
.

Laporan Praktikum: Menentukan Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schimdt - Ferguson

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat menentukan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering.
     2. Mahasiswa dapat menentukan rata-rata curah hujan.
     3. Mahasiswa dapat menentukan iklim suatu daerah berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson.
     4. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan iklim dalam kaitannya dengan mata pencaharian 
         penduduk.

B. Dasar teori
          Dalam Prawirowardoyo (1996 : 104) iklim adalah keadaan yang mencirikan atmosfer pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup lama (30 tahun). Keadaan karakteristik atau mencirikan tersebut diungkapkan dengan hasil pengukuran atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan selama periode waktu tersebut.
          Iklim suatu daerah perlu diketahui bagaimana keadaan atmosfer berfluktuasi terhadap rata-ratanya, keadaan ekstrimnya, dan frekuensi terjadinya. Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Tjasyono (2004) menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan bulan basah dengan cara perhitungan yang berbeda. Schmidt dan Ferguson (1951) menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian baru diambil rata-ratanya.
.
.
Mau akses Paper dalam bentuk File PDF??
.
.

Laporan Praktikum: Pengukuran Terpadu

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran terpadu meliputi suhu udara, tekanan udara, angin, 
         dan kelembaban relatif masa udara.
     2. Mahasiswa dapat menganalisis hubungan antar aspek yang telah diukur.

B. Dasar teori
          Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan meningkat , sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang kehingalan panas. Akan tetapi hubungan antara satuan panas (energy) dengan satuan suhu tidak merupakan suatu kostanta, karena besarnya peningkatan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tamping panas (heat capacity) yang dimiliki oleh belanda penerimanya tersebut Lakitan (1994:89).
          Suhu juga dapat diartikan sebagai derajat panas atau dinginnya suatu objek. Suhu suatu objek biasanya diukur dalam derajat fahrenheit atau derajat celcius, suhu menjelaskan jumlah panas, atau energi, objek tersebut. Secangkir air mendidih memiliki molekul yang sangat aktif bergerak sangat cepat dan menghasilkan panas yang kita rasakan ditangan dan wajah kita. Benda yang kasar tidak memiliki banyak energi. Molekul mereka jauh kurang aktif.
.
.
Mau Akses Paper dalam bentuk File PDF??
.
.
Klik disini untuk Mengunduh FULL PDF

Laporan Praktikum: Pengukuran Curah Hujan

A. Tujuan
     1. Mahasiswa mampu menggunakan alat pengukur hujan.
     2. Mahasiswa mampu menganalisis data hujan hasil pengukuran.
     3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi curah hujan.

B. Dasar Teori
          Tjasyono (2004) mendefinisikan endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat yang jatuh ke permukaan bumi. Bentuk endapannya antara lain hujan, gerimis, salju, dan batu es (hail). Curah hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai di Indonesia. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat pentuing. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Di daerah tropis hujan lebih lebat ketimbang daerah lintang tinggi. Garis yang menghubungkan titik-titik dnegan curah hujan sama selama periode tertentu disebut isohyet.
          Dalam Hadori (2010 : 102) disebutkan bahwa hujan terjadi apabila tetes- tetes air (droplet). Yang ada di atmosfer tidak lagi didukung oleh udara yang naik secara vertikal. Tetes-tetes air yang masih mendapat dukungan oleh angin vertikal akan terus terangkat ke atas dan berubah wujud menjadi kristal-kristal es. Hydrometeor adalah fenomena fisik di atmosfer berkenaan dengan air dalam bentuk uap, cair, krisrtal es yang halus (salju) dan batu es yang ada di atmosfer.
.
.
Mau akses Paper dalam bentuk PDF??
.
.
Klik disini untuk mengunduh FULL PDF

Laporan Praktikum: Menganalisis Evaporasi

A. Tujuan
     1. Mahasiswa mengetahui cara kerja Evaporimeter.
     2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor Evaporasi.

B. Dasar Teori
          Uap air yang berada di atmosfer merupakan air yang menguap. Air menjadi uap air melalui dua proses yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah air yang hilang dari tanah, air, dan permukaan. Air juga bertransformasi menjadi uap ketika uap tersebut mengalir dari stomata ke atmosfer. Proses hilangnya air pada tumbuhan disebut transpirasi. Proses evapotranspirasi adalah proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi (Arbogast,2014:148).
          Evaporasi atau penguapan merupakan proses di mana suatu unsur atau senyawa bertransisi dari keadaan cair ke kondisi gas. Proses ini air masuk ke atmosfer sebagai uap air. Sebagian besar bersumber dari air laut dan penguapan yang berasal dari vegetasi disebut sebagai transpirasi. Ini adalah bagian penting dari pertukaran energi dalam sistem atmosfer Bumi yang menghasilkan gerakan atmosferik, dan oleh karena itu cuaca dan iklim dapat terjadi. Tingkat penguapan tergantung pada perbedaan suhu antara permukaan yang menguap dan udara, kelembaban relatif, dan angin (www.brtitannica.com).
.
.
Mau Akses Paper dalam bentuk PDF?
.
.

Laporan Praktikum: Pengukuran Arah dan Kecepatan Angin

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran arah dan kecepatan angin.
     2. Mahasiswa dapat menganalisis variasi arah dan kecepatan angin.

B. Dasar Teori
          Angin merupakan pergerakan udara relatif pada permukaan Bumi. Angin memainkan peran penting dalam menentukan dan mengendalikan iklim dan cuaca. Kecepatan angin meningkat ketika jarak antara isobar menurun (meningkatnya gradien tekanan). Perubahan arah angin menjadi relatif mudah dalam representasi aliran yang dikenal sebagai angin gradien. Hubungan tekanan angin dasar secara kualitatif tetap sama. Hal yang paling penting adalah angin berskala besar yang diamati cenderung berperilaku sama seperti model geostropik atau gradien aliran yang diprediksi di sebagian besar atmosfer (www.britannica.com).
          Dalam Kartasapoetra (1988:19) angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara dari satu tempat ke tempat lain secara horizontal. Massa udara yaitu udara dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai sifat pisik (temperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horizontal. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat ke tempat lain.
.
.
Akses Paper dalam bentuk FILE PDF?
.
.

Laporan Praktikum: Pengukuran Tekanan Udara dan Ketinggian Tempat

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat.
     2. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil pengukuran tekanan udara dan ketinggian tempat.

B. Dasar Teori
          Tekanan atmosfer dan angin merupakan faktor pengendali yang signifikan dari cuaca dan iklim Bumi. Meskipun dua variabel fisik ini mungkin pada pandangan pertama tampak sangat berbeda, mereka sebenarnya terkait erat (Britannica.com : 2018)
          Rudledge, dkk (2011) menerangkan bahwa udara di sekitar memiliki berat dan menekan segala sesuatu yang disentuhnya. Tekanan itu disebut tekanan atmosfer atau tekanan udara. Tekanan ini merupakan gaya yang diberikan pada permukaan oleh udara yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Atmosfer (atm) adalah unit pengukuran yang sama dengan tekanan udara rata-rata di permukaan laut pada suhu 15 derajat Celcius (59 derajat Fahrenheit). Satu atmosfer adalah 1.013 milibar, atau 760 milimeter (29.92 inci) merkuri.
.
.
Akses Paper dalam bentuk File PDF?
.
.

Laporan Praktikum: Pengukuran Suhu Udara

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu udara.
     2. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil pengukuran suhu udara.

B. Dasar Teori
          Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan meningkat , sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang kehingalan panas. Akan tetapi hubungan antara satuan panas (energy) dengan satuan suhu tidak merupakan suatu kostanta, karena besarnya peningkatan panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tamping panas (heat capacity) yang dimiliki oleh belanda penerimanya tersebut Lakitan(1994:89).

          Suhu juga dapat diartikan sebagai derajat panas atau dinginnya suatu objek. Suhu suatu objek biasanya diukur dalam derajat fahrenheit atau derajat celcius, suhu menjelaskan jumlah panas, atau energi, objek tersebut. Secangkir air mendidih memiliki molekul yang sangat aktif bergerak sangat cepat dan menghasilkan panas yang kita rasakan ditangan dan wajah kita. Benda yang kasar tidak memiliki banyak energi. Molekul mereka jauh kurang aktif.
.
.
Akses Paper dalam bentuk FILE PDF
.
.

Laporan Praktikum: Pengukuran Kelembaban Relatif Massa Udara

A. Tujuan
     1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kelembaban relatif udara.
     2. Mahasiswa dapat menganalisis tingkat kelembaban relatif udara berdasarkan hasil pengukuran.
     3. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan tingkat kelembaban udara pada setiap tempat.

B. Dasar Teori
        Menurut Hardjodinomo 1975:32, Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air yang terdapat pada udara (atmosfer). Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelembaban udara bergantung pada jumlah uap air yang dapat dikandung oleh udara.
          Kelembapan udara sering juga disebut kelengasan udara. Kemampuan udara mengandung uap air ( Water Hoding Capacity) tergantung kepada temperatur udara yang bersangkutan.
.
.
Akses Paper dalam bentuk File PDF
.
.

Laporan Praktikum: Mengidentifikasi Bentuklahan Vulkanik

A.  Tujuan
     1. Mahasiswa mampu memahami bentuklahan vulkanik dan proses perkembangannya.
     2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bentuklahan vulkanik baik dari pengamatan peta topografi 
          maupun lapangan.

B.  Dasar Teori
         Dalam buku “Pengantar Ilmu Kebumian” karangan Mulya, (2004:19). vulkanisme adalah semua gejala alam yang terjadi akibat adanya pergerakan magma yang terkandung dalam perut bumi. Dalam kalimat lain, vulkanisme diartikan sebagai suatu proses dimana magma keluar dari dalam bumi dan menuju ke bagian permukaan bumi. Proses keluarnya magma ke permukaan bumi secara umum melalui patahan, retakan batuan dan juga pipa kepundan yang ada pada gunung api. 
          
Sedangkan menurut Asikin (1978:58) vulkanisme adalah peristiwa keluarnya magma (lelehan panas bebatuan) dari litosfer (lapisan dibawah permukaan bumi) ke permukaan bumi. Magma yang mampu mencapai permukaan bumi disebut lava. Magma mampu merai permukaan bumi karena suhu yang tingg dan adanya sejumlah gas yang mampu mendorong magma untuk bergerak naik.

          Vulkanisme termasuk salah satu jenis tenaga endogen karena dapat membuat perubahan pada relief permukaan bumi akibat tenaga dari dalam bumi. Begitu juga menurut Sugiharyanto (2007:13) dalam bukunya yang berjudul “Geografi dan Sosiologi”, menyebutkan bahwa vulkanisme adalah peristiwa yang behubungan dengan keluar magma dari dalam bumi ke permukaan bumi disebut aktivitas vulkanisme yang berupa magma yaitu campuran batuan cair pijar, liat, dan sangat panas yang terdapat pada lapisan kerak bumi. Setelah keluar ke permukaan bumi, disebut lava.

          Gunung berapi dalam Pramono dan Ashari (2013:79) terbentuk karena adanya proses vulkanisme yaitu gerakan batuan cair (magma) pada permukaan bumi atau kearah permukaan bumi. Proses vulkanisme dapat berupa intrusi dan ekstrusi. Intrusi terjadi di dalam pelapisan kerak bumi menghasilkan kenampakan seperti batolit, dyke, dan sill. Sedangkan ekstrusi menurut Huggett (2007) dalam Pramono dan Ashari (2013:79) menghasilkan berbagai kenampkan di atas kerak bumi dimana material berhasil menerobos celah celah vulkanik. Gunung berapi menurut Cotton (1994) dalam thornbury (1969) dalam Pramono
dan Ashari (2013:81) meliputi :
.
.
Akses paper dalam bentuk file pdf
.
.

Laporan Praktikum Pengenalan Peta Rupa Bumi Indonesia


A. Tujuan
1.   Mahasiswa mengenal Peta Rupa Bumi Indonesia.
2.   Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis objek kenampakan yang terdapat pada Peta         Rupa Bumi Indonesia.
3.   Mahasiswa dapat menentukan titik koordinat dari suatu objek kenampakan pada Peta Rupa Bumi
      Indonesia.

B. Dasar Teori
          
      Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menyangkut lokasi, letak dan posisi suatu objek atau kejadian di muka bumi, baik yang dibawah, dipermukaan maupun yang diatas (UU IG). Geografi merupakan disiplin ilmu yang objek utamanya menyangkut aspek ruang kebumian, yakni mendeskripsikan kondisi dan fenomena yang terjadi dimuka bumi.

      Kontribusi ilmu geografi adalah fokus pada ruang dan lingkungan sebagai prinsip dasar yang dipelajarinya. Dari pemahaman Peter Hager (2001) tentang ilmu geografi jelas bahwa aspek keruangan nyata (bukan Abstrak) merupakan objek geografi yang menjadi konteks utama IG karena menyangkut fakta dan informasi tentang keruangan kebumian. Dalam disiplin kegeografian, hal-hal yang berhubungan dengan informasi spasial diaplikasikan menggunakan peta.

        Secara umum, peta dapat di bedakan berdasrkan ukuran skala dan isinya. Menurut skala, peta kategorikan menjadi : (1) Peta kadaster, yaitu peta yang berskala antara 1: 100 sampai dengan 1 : 5.000. (2) Peta skala besar, yaitu peta yang berskala antara 1 : 5.001 sampai dengan 1 : 250.000. (3) Peta skala sedang, yaitu peta yang berskala antara 1 : 250.001 sampai dengan 1 : 500.000. (4) Peta skala kecil, yaitu peta yang berskala antara 1 : 500.001 hingga 1 : 1.000.000. (5) Peta skala geografis, yaitu peta yang berskala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. Ditinjau dari isinya, peta dibagi menjadi dua, yaitu peta umum dan peta tematik. Peta umum adalah peta yang menggambarkan segala sesuatu yang bersifat umum dari kenampakan yang ada di permukaan bumi. Kenampakan umum seperti gunung, sungai, sawah, jalan raya, jalan kereta api, laut, lautan dan sebagainya. Peta temati (peta Khusus) adalah peta yang menggambarkan kenampakan- kenampakan tertentu di permukaan bumi seperti : peta tanah, peta persebaran penduduk, peta geologi, peta persebaran flora dan fauna, dan lain sebagainya.
.
.
.
.
Akses Paper dalam bentuk FULL PDF
.
Klik disini untuk beralih ke pdf

Kota : Pengertian dan Teori


     Pengertian Kota
Ø  Berdasarkan sudut pandang Fisik-Morgologis :
Morfologi adalah suatu ilmu yang memusatkan pembahasannya pada bentuk. Kaitan kata ini dengan suatu objek maka menjadi suatu disiplin ilmu lain seperti : terkait dengan permukaan bumi. Kota secara morfologi adalah kenampakan fisikal kota, bentuk-bentuk wujud nyata yang ditandai adanya kenampakan internal sesuatu kota (Barlow and Newton, 1971). Terdapat 3 indikator untuk mencermati morfologi kota :
i)                Kekhasan penggunaan lahan
ii)              Kekhasan pola bangunan (tipe-tipe bangunan) dan fungsinya
iii)             Kekhasan Pola jalan dan sirkulasi
Ø  Berdasarkan sudut pandang Sosio-Kultural :
Menurut Bintarto (1977) kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamni dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialitis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

        Proses perkembangan spasial sentrifugal dan sentripetal
Ø  Proses perkembangan sentrifugal merupakan proses bertambhanya ruang perkotaan yang berjalan ke arah luar dari bagian perkotaan yang sudah terbangun mengambil tempat di daerah pinggiran kota.
ü  Adapun dampak yang ditimbulkan dari proses ini yaitu meluasnya wilayah perkotaan
ü  Alih fungsi lahan terbuka menjadi wilayah padat bangunan pada daerah pinggir kota.
ü  Memicu bentrok pada masyarakat yang berada di wilayah pinggir kota terhadap status kependudukan secara administratif.
Ø  Proses perkembangan fisik secara sentripetal merupakan perkembangan suatu penambahan bangunan perkotaan yang terjadi didalam kota. Prose ini terjadi pada lahan kosong yang berada di dalam kota.
ü  Adapun dampak yang ditimbulkan dari proses ini yaitu munculnya permukiman kumuh dan kegiatan ekonomi informal.
ü  Pemadatan bangunan di daerah pusat perkotaan
ü  Dapat mengalihfungsikan lahan terbuka hijau menjadi bangunan.

         Teori Konsentris
ilustrasi teori konsentris 

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh E.W. Burges. Kota yang berpola konsentris berasal dari suatu tempat pengelompokan penduduk yang tiap bagiannya berkembang sedikit demi sedikit ke arah luar. Teori ini membagi daerah perkotaan menjadi 5 golongan wilayah
I)                 
 I)                Pusat Daerah Kegiatan (PDK) disebut juga sebagai Central Business District) wilayah ini merupakan wilayah pusat dengan berbagai macam fasilitas mulai dari gedung pemerintahan, perkantoran, bank, pertokoan besar, dsb.
II)       Wilayah transisi, merupakan wilayah yang ditandai oeh keberadaan industri manufaktur, pabrik, dan pola penggunaan lahan campuran.
III)           Wilayah pemukiman masyarakat yang berpendapatan rendah.
IV)           Wilayah pemukiman masyarakat yang berpenghasilan menengah.
V)             Wilayah pemukiman yang berpenghsilan tinggi.

        Analisis struktur tata ruang kota di Indonesia (dua contoh kota) berdasarkan pendekatan ekologi, ekonomi, dan morfologi.
1)     Kota Jakarta
·       Wilayah Kota Jakarta atau secara luas merupakan satu-satunya kota yang bertaraf provinsi di Indonesia, sekaligus menjadi Ibukota Indonesia.
·       Jakarta memiliki beberapa wilayah penglaju (Commuter) yaitu: Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sehingga dapat disebut sebagai megalopolis Jabodetabek.
·       Perkembangan wilayah Jabodetabek memiliki pola campuran, Sentrifugal bagi wilayah perindustrian dan pemukiman. Namun sentripetal bagi wilayah perbisnisan dan perkantoran
·       Wilayah perkantoran dan bisnis berpusat di kawasan SCBD (Sudirman Central Business District), Mega Kuningan, dan sekitar Jalan Jendral Gatot Subroto.
·       Wilayah perdagangan berpusat di kawasan Tanah Abang, dan Mangga Dua.
·       Wilayah Pemerintahan berpusat di sekitar kawasan Monas (Kecamatan Gambir, dan Menteng).
·       Kawasan pemukiman berpola sentrifugal menuju perbatasan kota hingga kawasan penglaju.
·       Hingga saat ini pembangunan ruang terbuka hijau di wilayah DKI Jakarta masih gencar dilakukan, terutama pada kawasan trotoar dan bantaran kali.
·       Adapaun teori yang mirip dengan pola perkembangan Jakarta antara alain : Konsentris dan Sektoral. Dengan pola perkembangan yang berbentuk setengah melingkar (kipas).

2)     Kota Yogyakarta
·         Kota Yogyakarta memiliki pola perkembangan berbentuk persegi. Kondisi ini tercermin dari struktur Kota Yogyakarta yang mengikuti empat penjuru mata angin dan dibatasi oleh keberadaan ringroad (jalan lingkar).
·         Kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo, Keraton, Jalan Senopati merupakan wilayah CDB (Central Business District). Sehingga pusat bisnis, pemerintahan, dan perkantoran berada di seputaran tersebuut.
·         Untuk wilayah pemukiman tersebar pada seluruh penjuru kota.
·         Tidak terdapat teori yang sangat tepat apabila dicocokkan dengan kota ini. Namun memiliki sedikit memiliki kemiripan dengan teori Sektoral.
·         Ruang terbuka hijau Kota Yogyakarta sudah mencapai ambang terendah kriteria kota yang baik (yakni telah mencapai 30% dari keseluruhan wilayah kota).

     Kesesuaian Persebaran Kota di Indonesia Menurut Teori
Setiap wilayah memiliki ciri khasnya masing-masing. Setiap teori yang telah dijelaskan dalam diskusi perkuliahan tidak dapat menjadi acuan yang pasti dalam menentukan bentuk persebaran suatu kota, terutama di Indonesia. Teori-teori persebaran tersebut memiliki kecocokan pada persebaran kota-kota pada negara maju seperti yang ada di Amerika dan Jepang. Terlebih lagi teori tersebut dikemukakan oleh tokoh yang berasal dari negara-negara maju.
Berdasarkan kondisi kota-kota di Indonesia, maka persebaran kota di Indonesia ada yang cocok dengan teori central place oleh Christaller dan ada pula yang cocok dengan teori market areaoleh Losch. Hal ini tergantung dengan kriteria apa yang lebih menonjol dan lebih cenderung ke teori apa karakteristik yang dimiliki oleh kota.
Teori central place menggunakan tiga aspek dalam mengkaji kota, yaitu pasar, akses transportasi, dan pusat pemerintahan. Sementara teori market area menggunakan dua aspek dalam mengkaji kota yaitu luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat.

Teori Persebaran Kota



1. Hakikat Konurbasi dan Megalopolis
Ekspansi kota-kota secara fisik pada akhirnya dapat memunculkan apa yang disebut conurbations. Ini berupa kota raksasa akibat pemekaran wajar dengan penduduk sebanyak setengah juta hingga 5 juta atau lebih. Pada umumnya kota jenis konurbasi tersebut bergiat dalam bidang perindustrian dan perdagangan dan berlokasi di sekeliling tambang-tambang batubara (di Inggris misalnya) atau di sekeliling pelabuhan seperti Christchurch-Poole (di Selandia Baru) (Daldjoeni, 2014: 140).
Menurut Daldjoeni (2014), ada dua tipe konurbasi; pertama yang polisentris (plynuclear) yaitu yang terjadi karena tergabungnya beberapa kota menjadi satu akibat ekspansi fisik masing-masing. Kedua, yang monosentris (uninuclear) yang mewujudkan hasil dari ekspansi fisik kota tunggal. Contoh-contoh dari tipe pertama: Pittsburg di Barat danau Erie (Amerika Serikat), Lille Roubaix-Tourcoing (Prancis Timurlaut), kawasan batubara tepi sungai Ruhr (Jerman Barat), Silesia di Polandia (kota Katowice), Lalu contoh tipe kedua: London, Paris, Buenos Aires, Sidney, Chicago, dan Tokyo. Sementara ini di Amerika Serikat dan Belanda lahir kota-kota raksasa jenis megalopolis yang cakupannya lebih luas daripada konurbasi

2.  Central Place Theory
Central Place Theory atau teori tempat sentral dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933. Walter Christaller adalah seorang ahli geograf dari Jerman, lahir pada 21 April 1893 di Berneck Swiss dan meninggal pada 9 Maret 1969 di Seehein-Jugenheim Jerman. Teori ini muncul untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang menentukan banyak, luas, dan persebaran kota. Untuk menjawab pertanyaan itu, Christaller mengungkapkan dan memperkenalkan beberapa konsep yaitu jangkauan (range) dan ambang (treshold). Christaller membayangkan wilayah sebagai daratan yang homogen dengan penduduk yang merata. Penduduk membutuhkan beberapa barang kebutuhan yang berhubungan dengan range dan treshold. Range atau jangkauan merupakan jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu. Sedangkan treshold atau ambang merupakan jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Sehingga dari kedua konsepan tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak dan jumlah minimum penduduk mempengaruhi kegiatan pemenuhan kebutuhan di suatu daerah. Daerah yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan jarak yang dekat dengan tempat pemenuhan kebutuhan menjadi tempat sentral biasanya di daerah perkotaan karena di perkotaan terdapat banyak fasilitas, sarana dan pra sarana yang dibutuhkan oleh penduduk di sekitarnya. Maka dari itu diperlukannya penataan pemukiman guna memperkecil jarak tempuh untuk pemenuhan kebutuhan (Daldjoeni, 2014).
Menurut Atmadji dan Priyadi (2017), Christaller menggambarkan wilayah-wilayah yang saling bersambungan atau saling meluaskan, ia memakai bentuk heksagonal. Walter Christaller menggambarkan tempat sentral berupa titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam. Wilayah heksagonal tersebut merupakan wilayah yang dapat dijangkau oleh tempat sentral. Selain itu tempat sentral dibagi menjadi tiga tingkatan atau hierarki yaitu hierariki 3, hierarki 4 dan hierarki 7.

a.      Hieraki 3  ( Market optimising principle)
Tempat sentral berhierarki tiga adalah pusat pelayanan yang berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi kawasan-kawasan di sekitarnya.
Terdapat 1 titik sentral dan 1/3 bagian kawasan yang mengelilinginya. Jumlah bagian kawasan ada 6. Sehingga K=6(1/3)+1 dan K=3.Artinya, untuk membangun lokasi pasar ataupun fasilitas umum lainnya, sekuang-kurangnya harus di kawasan yang diperkirakan dapat berpengaruh terhadap 1/3 penduduk dari keenam kawasan yang ada di sekitarnya. Sebagai penunjang, maka dalam pembangunan lokasi pasar perlu memperhatikan:
1.     Jalan beserta sarana angkutan
2.     Tempat parkir
3.     Barang yang diperjual belikan

b.     Hieraki 4 (Traffic-optimising principle)
Tempat sentral berhierarki empat merupakan pusat sentral yang memberikan kemungkinan rute lalu lintas yang paling efisien.
Situasi lalu lintas yang diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan setengah (1/2) bagian kawasan yang mengelilinginya. Jumlah bagian kawasan ada 6. K=6(1/2)+1 dan K=4.
Penempatan lokasi terminal, stasiun, atautempat pemberhentian kendaraan umum lainnya sekurang-kurangnya harus memiliki pengaruh setengah dari enam kawasan tetangganya. Dengan demikian, terminal, stasiun, atautempat pemberhentian kendaraan umum lainnya harus berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh para pemakai jasa angkutan yang secara sentral memiliki radius relatif sama ke segala arah.

c.      K-7 ( Administration-optimising principle)
Tempat sentral berhierarki tujuh dinamakan juga situasi administratif yang optimum atau asas administratif, yaitu tempat sentral yang mempengaruhi seluruh bagian wilayah tetangganya. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan.
Situasi administratif diperoleh dari penjumlahan kawasan tempat sentral (1) dengan satu (1) bagian kawasan sekitarnya, yang berjumlah enam (6). Sehingga K=6(1)+1 dan K=7. Tempat sentral dari pusat kegiatan administratif pemerintahan pada hierarki tujuh (k=7) merupakan kawasan yang luas jangkauannya. Kawasan tersebut harus mampu menjangkau dan dijangkau kawasan yang berada di bawah kekuasaannya. Lokasinya berada di wilayah yang beradius relatif sama dari semua arah, berada pada rute kendaraan umum yang terjangkau semua arah. Dengan begitu diharapkan tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara warganya.
Menurut pendapat kami contoh dari teori ini adalah tata ruang kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan ibu kota atau pusat pemerintah Provinsi Darah Istimewa Yogyakarta dan berada di tengah dikelilingi oleh Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Sleman, dan Gunung Kidul. Fasilitas, sarana, dan pra sarana yang ada di Kota Yogyakarta mampu melayani kebutuhan penduduk di sekeliling kota Yogyakarta. Terdapat jalur ring road yang mengelili kota Yogyakarta sehingga memudahkan untuk daerah di sekitarnya datang ke kota. Fasilitas kendaraan umum juga terdapat di sekeliling ring road, yaitu Terminal Giwangan di bagian selatan, Terminal Gamping di bagian barat, Terminal Jombor dan Terminal Condong Catur di bagian utara, bandara Adisucipto di bagian timur, dan di tengah kota juga terdapat stasiun Lempuyangan dan stasiun Tugu guna memudahkan seseorang yang akan datang ke Yogyakarta. Kedua stasiun ini berdekatan dengan salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di Kota Yogyakarta yaitu Malioboro.

3.    Teori Market Area
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh August Losch tahun 1954, yang mendasarkan analisis pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat. Berdasarkan pandangan ini, sebuah perusahaan akan memilih suatu tempat sebagai lokasi yang optimal berdasarkan kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar yang dapat dikuasainya. Dengan demikian terlihat bahwa permintaan dan penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan lokasi optimal dari suatu kegiatan perusahaan (Daldjoeni, 2014).
Pemikiran Losch adalah untuk mencari lokasi yang memaksimasi keuntungan, dimana total pendapatan melebihi total biaya pada jumlah produksi yang terbesar. Aplikasi konsepnya dicontohkan pada produksi pertanian yang memungkinkan adanya perdagangan jika terdapat surplus produksi komoditas. Asumsi: lokasi yang homogen dengan distribusi material dan harga transportasiyang sama (Daldjoeni, 2014).
     Konsep dari teori Losch adalah konsep hexagol August Losch. Pemikiran Losch yang berseberangan dengnan christaller dimana ditegaskan bahwa tidak semua orde tertinggi dibentuk oleh konstruksi orde yang lebih rendah.
Suryani (2015) menyatakan bahwa, asumsi dasar teori market area ini adalah konsumen tersebar secara relativ merata antar tempat, artinya teori ini cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri relatif merata dibandingkan di desa atau pedalaman, produk homogen sehingga persaingan akan sangat ditentukan oleh harga dan ongkos angkut, ongkos angkut per satuan jarak sama, dan konsumen bersifat rasional.
Guna mencapai equilibrium, Losch mengasumsikan bahwa setiap lokasi industri menjamin keuntungan maksimum, baik bagi produsen maupun konsumen. Terdapat cukup banyak lokasi produksi dengan penyebaran yang merata sehingga seluruh permintaan dapat terlayani. Tidak ada petani yang memperoleh supernormal profit sehingga tidak ada rangsangan adanya petani baru yang masuk. Adanya persaingan sempurna. Area produksi, material, dan market sekecil mungkin. Pada batas market area, terdapat konsumen yang indifferent.
Disisi lain terdapat juga beberapa kelemahan teori Losch seperti tidak memperhatikan variasi biaya antar daerah, asumsinya bahwa setiap daerah/lokasi memiliki ciri homogen.Unsur biaya yang masuk dalam analisanya melalui biaya angkutan menyebabkan terbatasnya luas market area industri yang bersangkutan. Pada prinsipnya mengembangkan teori berlandaskan konsep Christaller, namun yang membedakan adalah biaya yang merepresentasikan batas market area.

Teori Persebaran Kota yang Cocok Diterapkan di Indonesia
Berdasarkan kondisi kota-kota di Indonesia, maka persebaran kota di Indonesia ada yang cocok dengan teori central placeoleh Christaller dan ada pula yang cocok dengan teori market areaoleh Losch. Hal ini tergantung dengan kriteria apa yang lebih menonjol dan lebih cenderung ke teori apa karakteristik yang dimiliki oleh kota.
Teori central place menggunakan tiga aspek dalam mengkaji kota, yaitu pasar, akses transportasi, dan pusat pemerintahan. Sementara teori market area menggunakan dua aspek dalam mengkaji kota yaitu luas pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar tempat. Dengan demikian teori central place lebih menonjolkan kota dengan fungsi administratif, sementara teori market area lebih menonjolkan kota dengan fungsi ekonomis. Kota dengan dominasi fungsi administratif mengindikasikan tidak terlalu berkembangnya aktivitas jual beli dalam skala besar, sehingga tidak memiliki daya tarik tertentu agar orang-orang datang dan memulai usaha, sehingga jumlah penduduknya relatif kecil dan tidak padat. Kota dengan dominasi fungsi administratif secara geografis memiliki jarak yang cukup jauh dari tempat-tempat yang potensial menjadi tempat pertukaran ataupun barang sebagai contoh, pelabuhan dan tidak memiliki komoditas andalan tertentu. Kota seperti ini mungkin juga berada di dataran tinggi, memiliki akses yang masih kurang memadai, ataupun merupakan kota yang baru melakukan pemekaran (memisahkan diri). Contohnya adalah Kota Maja, Tanjung Selor, Sei Mangka, Bandar Kayangan, dan Sovivi.
Sebaliknya, kota dengan dominasi fungsi ekonomi adalah kota yang telah lama berdiri, memiliki komoditas atau jasa andalan yang dapat diperjualbelikan, serta dekat lokasinya dengan tempat pertukara ataupun transit barang. Kota-kota seperti inibiasanya telah dikenal sejak lama menjadi jalur perdagangan. Sebagai contoh ialah Kota Palembang, Bandung, Medan, Padang, dan Semarang.